Kamis, 12 November 2015

Tajuk Rencana : Korupsi Paripurna di Sumut



Korupsi Paripurna di Sumut
Komisis Pemberantasan Korupsi  (KPK) sudah banyak menangkap tindakan korupsi yang terjadi dalam dana bantuan sosial dengan segala praktik kerja yang mengikutinya. Hal yang terjadi di Sumatera Utara ini menggambarkan bagaimana korupsi belum juga punah dari negeri ini,bahkan dapat dikatakan semakin parah.

Orang-orang yang ditangkap dari kasus ini ada Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho bersama istrinya, Evy Susanti yang menjadi tersangka.Ada juga politisi & anggota DPR dari partai Nasdem,Patrice Rio Capella. Ada juga ketua & anggota DPRD Sumatera Utara. Tapi sebelumnya KPK menahan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan & advokat OC Kaligis serta asistennya, M Yagari Bhastara.

Kini segala sesuatu bisa dibeli dengan uang,keadilan,jabatan,bahkan hakim pun dapat dibeli dengan uang . Didalam partai politik bernapaskan agama maupun berideologi nasionalisme semua terjebak dalam segala sesuatu bisa dibeli dengan uang.

Segala macam hukuman yang bertujuan menimbulkan efek jera dan malu tetapi tetap saja masih banyak para petinggi negara melakukan korupsi,situasi seperti ini tidak boleh membuat kita kehilangan harapan untuk membersihkan negeri ini dari virus korupsi.

Oleh karena itu KPK harus diperkuat bukan diperlemah agar dapat menangkap siapa saja yang melakukan kecurangan dalam kasus korupsi atau pencurian uang negara.Kesadaran masyarakat harus di transformasikan menjadi gerakan sosial melawan korupsi,inilah sebagian cara melawan korupsi yang ada di Indonesia.

Sosok



Mengelola sampah dengan larva lalat
Nama: Teddy Kristiadiu
 Lahir: Cimahi, 28 Desember 1964
 Pendidikan: Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta, tamat 1987
 Istri: Yati Hayati (42)
 Anak: - Widhia Ning Utami (22)
            - Aditya Pratiwi (19)
            - Arief Rahman (9)
            - Siti Muthia (6)

Ia merintis usaha ini dari nol,padahal sebelumnya ia bekerja di sebuah jasa  pelayaran di lingkungan pengeboran minyak lepas pantai milik perusahaan Singapura. Namun ia lebih memilih untuk keluar dan serius pada usaha mengolah sampah ini, tentu saja keluarganya menolak.

Dengan tekat yang kuat ia tetap melanjutkan usaha barunya ini,melalui teknologi biokonversi, yakni mengonversi sampah organik menjadi pupuk cair dan padat menggunakan larva lalat. Cara ini bisa  menyelesaikan dengan mudah dan cepat problematika sampah khususnya sampah organik.Apalagi saat ini sampah di daerah Bandung mencapai 400-600 ton per hari.

Ia menggunakan lalat jenis larva lalat tentara hitam (Hermenia illucens), yang sudah dikenal di dunia sangat efektif sebagai makhluk pengurai sampah organik dan kotoran ternak.Sistem kerja lalat ini yang begitu cepat dapat mengurai sampah dengan waktu satu sampai tiga hari. Sehingga tidak perlu menunggu sampah sampai bau busuk yang tentunya  sangat menyengat. 

Dengan modal membuat tempat pemrosesan sederhana beratap terpal di Kompleks Antabaru II, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung . Larva ini dapat juga mengurai sampah tanpa henti sampai tahap metamorfosis berikutnya, juga akan mendominasi dan menurunkan perkembangan larva dan lalat lain, seperti lalat hijau.

Lalat tentara hitam ini juga dapat mengurangi perkembangan lalat pembawa penyakit. Perkembangan lalat ini pun tergolong cepat bahkan betina dapat bertelur  500-900 butir. Lalat ini mempunyai pula peningkatan kemampuan reproduksi hingga ratusan kali lipat dalam 50 hari hingga mampu melebihi jumlah produksi sampah organik.

Dari cairan larva ini dapat menghasilkan pupuk cair seharga Rp 3.000 per liter dan larva dewasa untuk  ternak Rp 5.000 per kilogram,harga ini jauh di bawah harga pasar harapannya  agar bisa membantu para petani  mendapatkan pupuk dan pakan ternak berkualitas.

Ia sempat bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung supaya dapat dipasok sampah. Tapi lama-lama pemasok sampah tidak lancar sehingga ia pun harus mencari sendiri sampah-sampah itu hingga ke mall,restoran ,rumah tetangga,pasar.

Dan banyaknya masalah yang datang menyebabkan usaha nya ini terhenti. Namun dia kembali bekerja sama dengan PD Kebersihan Kota Bandung mulai Januari 2015. Teddy mendapat dukungan investor asal Korea yang menjanjikan modal Rp 2,6 miliar. Tahap pertama telah dikucurkan sekitar Rp 150 juta.

Pihak PD Kebersihan menyediakan bangunan berukuran 8 meter x 12 meter di atas lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jelengkong seluas 9 hektar di Desa Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Letak TPA itu sekitar 20 kilometer dari Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat.

Tapi pada akhirnya pasokan sampah dari PD berhenti lagi dan menyebabkan ribuan larva mati karena tidak mendapatkan makanan. Pada saat hal ini tidak berjalan dengan lancar investor dari Korea kembali ke negaranya. Walau begitu ia sampai saat ini masih gigih untuk melanjutkan usaha pengolahan sampah organik di TPA Jelengkong.

Senin, 09 November 2015

Tajuk Rencana



Korsel-Jepang hapus ‘permusuhan’

Mentri Jepang dan Presiden Korea Selatan bertemu untuk membahas terkait hubungan antara korsel-jepang,namun sebelumnya korea berkali-kali menolak permintaan jepang untuk bertemu,tapi pada akhirnya pada senin 22 November 2015 lalu melakukan petemuan untuk saling berusaha memperbaiki hubungan agar menjadi lebih baik.

Karena hubungan yang selama ini tidak terjalin dengan baik apalagi akibat kasus perbudakan seks  terhadap perempuan di korsel yang dilakukan oleh pihak jepang pada saat perang terjadi. Alasan presiden korea beberapa kali menolak undangan itu saya anggap wajar karena pada saat  terpilih menjadi Presiden Korsel ia menggambil garis keras soal ganti rugi bagi perempuan-perempuan yang dilibatkan dalam perbudakan seks.

Dinginnya hubungan antar kedua negara menyebabkan buruknya perdagangan. Sehingga  pihak Korsel menyadari pentingnya untuk memperbaiki hubungan itu dan hubungan baik antar Korsel-Jepang dapat membantu Korsel dalam menghadapi ambisi nuklir dari Korea Utara. 

Menurut Presiden Korsel perbudakan seks adalah masalah yang menjadi point utama dalam dinginnya hubungan korsel-jepang. Presiden Korsel pun berharap untuk secepatnya menyelesaikan masalah ini,karena ia tidak ingin meninggalkan persoalan untuk generasi mendatang.Rencananya pada tahun 2017 Korea akan menggunakan buku sejarah yang baru sehingga diharapkan nantinya tidak muncul generasi yang ‘memusuhi’ Jepang.

Kamis, 29 Oktober 2015

Sosok



"MENJUAL" KEJUJURAN DI TOKO SOSIAL

Nama        : Yayan Tahyan
Lahir        : Tasikmalaya, 12 Februari 1958
Pekerjaan: Pensiunan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya
Istri          : Hj Dedeh Saadah (54)
Anak        : 1.Adi Saaduddin T (30)
                  
2. Ratih Widya Purwasih (26)
Pendidikan
:  1.SD Sukasenang I Cipakat, 1970
                        2.
SMPN I Singaparna, 1973
                        3.
SPGN Tasikmalaya, 1976
                        4.
Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 1985


Toko Bale Asih adalah terletak di pinggir jalan raya Bandung-Garut-Singaparna-Tasikmalaya toko ini memberikan keperluan sekolah anak-anak secara gratis untuk yang anak yatim,yatim piatu,kurang mampu, dll. Contohnya seorang nenek Enih (70) warga Kampung Badakpaeh, tetangga Kampung Kudang yang datang ke toko itu sambil menangis karena cucunya yang tidak memiliki orangtua itu,sudah memilik seragam dan alat-alat tulis yang lengkap secara gratis. Cucu dari nenek itu dibawa oleh guru disekolahnya ke toko tersebut.

Bahkan tidak sedikit orang yang tidak mengetahui akan hal itu terkejut karena semua barang yang mereka pilih diberikan secara gratis. Pak Yayan berkata jika ingin menyumbang silahkan masukkan ke kotak, kalau tidak pun, tidak apa-apa. Ia juga  berkata "Kami berusaha menjual kejujuran di lingkungan masyarakat sekitar kami" yang setiap hari menjadi penjaga toko.

Toko sosial dan perpustakaan Bale Asih didirikan awal 2013 dan beroperasi secara penuh awal Februari 2014. Perpustakaan ini menawarkan kejujuran kepada pembacanya,cukup dengan mencatat nama,alamat, serta sekolah peminjam, dan mereka pun bisa membawa buku ke rumahnya selama satu minggu. Perpustakaan ini menyediakan buku-buku pelajaran sehingga banyak anak sekolah yang datang.

Yayan adalah pensiunan kepala dinas pendidikan, ia berinisiatif mendirikan Yayasan Bale Asih untuk kedua keperluan itu. Untuk pendanaannya, ia mengumpulkan sumbangan secara sukarela dari keluarga dan kerabatnya. Ia mencoba membantu meringankan beban yang dialami oleh warga tidak mampu. Melihat keseharian di sekitar kampungnya masih banyak warga yang kesulitan ekonomi karena mengalami kemiskinan struktural.

Dana yang diterima secara sukarela itu sifatnya tidak menentu,akibatnya ia bersama komunitas Siapbelajar mendirikan penerbitan mingguan pendidikan lokal seperti jurnal info pendidikan. "Dari jurnal pendidikan yang terjual, kami menyisihkan Rp 250 per eksemplar untuk Bale Asih," ujar Yayan. Ia juga menyebarkan materi ajar dan aplikasi pendidikan secara daring (online) melalui Siapbelajar.com secara gratis.

Dari hasil dana yang sudah terkumpul itu tidak langsung dibelikan baju-baju seragam, tetapi dibelikan bahan kain yang masih berbentuk gulungan. Kain putih dan merah bata itu diberikan kepada Yandi Supriadi (28), penyandang disabilitas, tetapi bisa menjahit pakaian, warga Kampung Boregah, Desa Cilampunghilir, Kecamatan Padakembang, 6 kilometer dari Kampung Kudang.
Disamping pakaian itu dijahit sendiri, harga pakaian seragam itu bisa lebih murah, dan bisa membantu penyandang cacat agar dapat mandiri.